Home » » [Gaya Hidup] Reframing #3 : Negative Reframing

[Gaya Hidup] Reframing #3 : Negative Reframing

gambar dari society6.com

Seperti halnya reframing positif yang sangat bermanfaat dalam mempermudah hidup, reframing negative sangatlah berbahaya karena membuat hidup jadi sangat berat.

Saat ini sangat sering saya temui orang-orang, khususnya anak-anak muda yang sering sekali melakukan reframing negatif. Dalam bahasa Indonesia, reframing negatif dikenal sebagai majas hipebola. Dalam bahasa pergaulan saat ini anak-anak muda menyebutnya LEBAY.

Sebuah kondisi yang wajar, semua orang pernah dan mungkin mengalaminya, menjadi terdengar sangat tragis saat di-reframe negatif.

Hidup ini tidak adilApa gunanya hidup bila tidak lulus ujian nasional Pernyataan yang sering disampaikan oleh siswa-siswa yang tidak lulus ujian nasional. Seakan-akan tidak ada yang bisa mereka lakukan lagi di dunia saat mereka tidak lulus. Seakan-akan dunia tetutup bagi siswa yang tidak lulus ujian. Padahal khan lulus atau tidak lulus adalah hal yang wajar. Kalau ada yang lulus pasti juga ada yang tidak lulus. Padahal masih banyak peluang untuk melakukan ujian ulang. Yang luluspun belum tentu lebih sukses kelak dibanding yang tidak lulus. Para siswa yang tidak lulus sudah melakukan negative reframing terhadap kondisi wajar yang mereka alami.

Saya punya kerabat yang menderita stroke hanya karena suaminya gagal mendapatkan mobil dinas dari perusahaannya. Karena dia sudah membayangkan akan mendapatkan sebuah mobil dinas yang mewah sehubungan dengan promosi jabatan yang didapatkan oleh suaminya. Dia sudah membayangkan karena teman-teman suaminya yang memilki jabatan yang sama dengan jabatan baru suaminya sudah mendapatkan mobil dinas mewah.Begitu suaminya gagal mendapatkan mobil dinas mewah, dia sudah menganggap suaminya sebagai karyawan paling malang di dunia, karyawan yang paling diperlakukan tidak adil. Padahal gaji dan tunjangan lain-lain tetap mereka dapatkan sesuai jabatan.

Ada teman yang punya penyakit migraine. Sebenarnya penyakit migrainenya kambuh saat dia stress atau syarafnya tegang. Dokter sudah memberinya obat yang hanya diminum bila sakitnya kambuh. Dan dokter juga menyarankan dia agar berusaha selalu tenang dan bahagia, agar tidak stress dan migrainenya kambuh. Namun dia memilih untuk tidak menuruti saran dokter. Dia menganggap sakitnya adalah sebuah ketidakadilan nasib. Dan sakitnyapun semakin sering kambuh. Sampai dia berpikir bahwa sakit kepalanya adalah gejala tumor otak. Sebelum periksa ke dokter dan melakukan pemeriksaan lebih dalam, dia sudah berpikir bahwa sakit kepalanya adalah penyakit parah yang sulit sekali diobati. Apa yang terjadi saat dia melakukan dan menerima hasil test General Check Up? Padahal hampir semua orang pernah menderita migraine. Padahal hampir semua orang pernah sakit kepala.

Bila seseorang tidak segera berani menulis, karena dia melakukan negative reframing. Dia sudah membayangkan bahwa menulis adalah sesuatu yang terlalu sulit dan rumit. Padahal menulis adalah sesuatu yang mudah dan sederhana. Anak usia Taman Kanak-kanak-pun sudah bisa menulis.

Hidup ini sangatlah sederhana. Kita sendiri yang membuatnya rumit dengan melakukan negative reframing.


0 comments:

Post a Comment

Sponsor

Popular Posts

Blog Archive

Powered by Blogger.