Home » » [Parenting] Seri Buku Raport : Layakkah Ranking Jadi Acuan Orang Tua?

[Parenting] Seri Buku Raport : Layakkah Ranking Jadi Acuan Orang Tua?

Dul ngapain wajahmu sewot gituBe happybe happy

Habis marahin anakku Dil.

Kenapa? Nakal?

Anakku ranking sembilan di kelasnya Dil

Lho kok malah kamu marahinHarusnya bangga dong punya anak masuk sepuluh besar di kelas!

Ya marah dong! Wong jumlah muridnya di kelas hanya sembilan.!

Menurut Anda benarkah sikap Adul? Bila Anda jadi Adul, apakah Anda akan mengambil sikap yang sama?

Yang dilakukan Adul jelas salah. Sebagai orang tua kita sepakat untuk tidak asal memarahi anak. Sepakat.

Kalau begitu pertanyaan berikutnya : layakkah Adul kecewa terhadap anaknya? Anaknya yang mendapat peringkat terakhir di kelas.

Sebenarnya pertanyaan ini juga berlaku untuk kita semua sebagai orang tua atau wali siswa. Saat kita mendapati anak memiliki ranking yang tinggi, atau rankingnya selalu meningkat, sudah jelas kita akan bangga. Namun bagaimana bila sebaliknya? Bila ranking anak kita rendah atau sering turun?

Dalam kasus anak Adul, jumlah siswa di kelas hanya sembilan dan nilai raport anak Adul berada di peringkat terendah, itu yang Adul dan kita ketahui. Bagaimana bila nilai anak Adul dibandingkan dengan nilai siswa-siswa di kelas lain? Atau dibandingkan dengan nilai siswa-siswa di sekolah lain? Apakah Adul dan kita mengetahui informasi itu?

Sebagian sekolah ada yang menyampaikan peringkat nilai seluruh siswanya, akumulasi seluruh kelas yang ada. Namun tidak ada sekolah yang sanggup menyediakan data peringkat nilai siswanya dibandingkan dengan nilai siswa sekabupaten, atau sepropinsi. Peringkat nilai secara regional atau nasional hanya bisa didapat untuk ujian-ujian tingkat regional atau nasional, dan itu tidak mungkin didapat tiap semester atau tiap tahun.

Seandainya anak Adul mendapat ranking pertama di kelasnya, apakah itu berarti anak Adul sudah melakukan proses belajar yang benar? Bagaimana bila ternyata ranking tertinggi dia dapat karena semua teman-teman lebih malas darinya?

Bila kenyataannya seperti itu, pantaskah ranking nilai raport anak kita yang rendah menyebabkan kita kecewa? Pantaskah kita kecewa dan marah kepada anak kita?

Ranking nilai raport hanyalah salah satu indicator dari hasil proses belajar anak, dan kenyataannya ranking adalah indicator yang sangat lemah untuk dijadikan bahan pertimbangan orang tua dalam mengambil sikap kepada anaknya.

Bila tidak menggunakan ranking nilai untuk acuan sikap orang tua terhadap anak, apa yang bisa kita gunakan untuk acuan?


0 comments:

Post a Comment

Sponsor

Popular Posts

Blog Archive

Powered by Blogger.