Home » » [Kisah Bersambung] Si Sunar 2 : Si Kepala Tempe Masuk Taman Kanak-kanak

[Kisah Bersambung] Si Sunar 2 : Si Kepala Tempe Masuk Taman Kanak-kanak

Sunar lahir pada malam Jumat Kliwon, tepatnya dini hari sebelum adzan Shubuh. Ayahnya memberi nama Sunar dengan harapan bisa bersinar dan menyinari, bersinar kebaikannya dan menyinari orang-orang di sekitarnya.

Setahun lebih setelah Sunar lahir Ibunya melahirkan anak yang ketiga. Terpaksa Sunar dititipkan ke kakek-neneknya, karena ibunya tidak mampu merawat dua batita sekaligus sementara dia juga harus bekerja sebagai Bidan.

Kakek dan Nenek Sunar sangat menyayangi cucunya. Mereka dengan telaten merawat dan mendidik Sunar kecil. Nenek Sunar meyakini bahwa sifat seseorang sangat dipengaruhi hari kelahirannya, wetonnya. Karena Sunar lahir pada Jumat Kliwon sang Nenek meyakini bahwa sifat Sunar nanti akan keras dan kaku. Itulah yang disampaikan kepada Sunar sejak kecil.

Kamu itu lahir dini hari Jumat Kliwon. Orang yang lahir di Jumat Kliwon itu punya sifat keras dan kaku. Keras pendiriannya, juga keras kepada orang, mudah marah dan tersinggung Sang Nenek memberi wejangan Sunar kecil saat menidurkannya.

Pada usia dua tahun Sunar dikembalikan kepada Bapak Ibunya. Hasil observasi secara periodik menunjukkan bahwa besarnya kepala Sunar bukan disebabkan penyakit, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Meskipun bentuk kepalanya aneh dengan mata melotot Sunar tumbuh menjadi anak yang lucu dan cerdas di bawah kasih sayang orang-orang di sekitarnya, di dalam rumah, karena Sunar tidak diijinkan main keluar rumah. Sunar juga tumbuh sebagai anak yang mudah marah, sulit menerima perbedaan, karena itu yang diyakininya sebagai anak yang terlahir pada hari Jumat Kliwon.

Sampai tiba masa sekolah Sunar belum pernah bergaul dengan anak-anak sebaya selain saudara-saudaranya, karena bapak dan ibunya tidak tega bila Sunar harus menerima pandangan aneh dan olokan-olokan saat main di luar rumah. Tetapi, pada saatnya, Bapak dan Ibunya tidak bisa lagi mengisolasi Sunar dari dunia luar, Sunar harus sekolah.

Sunar sangat antusias menghadapi awal masa sekolahnya, Taman Kanak-kanak. Sementara bapak dan ibunya sangat mengkhawatirkan perasaan Sunar saat bertemu dan diolok teman-teman sekolahnya nanti. Tapi bapak dan ibunya sadar bahwa mau tidak mau, tega atau tidak, Sunar harus melalui seluruh fase hidupnya dengan normal, seperti anak-anak yang lain.

Pagi itu Sunar sudah siap dengan bajunya yang terbaru, siap bersekolah di Taman Kanak-kanak tidak begitu jauh dari rumahnya. Sebenarnya dia sudah sering lewat sekolah itu dan sudah membayangkan senangnya sekolah di sana, memainkan banyak alat permainan.

Sunar kecil berjalan dengan penuh semangat menuju sekolah.  Sepanjang jalan Sunar tersenyum bahagia dan ceria. Terbayang asyiknya bermain aneka permainan bersama teman-teman. Ibu Sunar meluangkan waktu tidak bekerja agar bisa mengantar Sunar di masa awal bersekolah.

Masuk halaman sekolah sudah banyak anak yang bermain, hampir semua anak memandangnya aneh. Perasaan Sunar mulai berubah, kebahagiaannya mulai memudar, senyumnya berangsur hilang. Sunar kecil tak tahu apa nama perasaan yang menggantikan kebahagiaannya, tapi yang jelas dia merasa tak diterima oleh teman-teman barunya. Rencana memainkan alat-alat permainan diurungkan, dia memilih duduk diam di kursi taman, menunggu dengan wajah murung.

TengtengtengTerdengar bunyi besi yang dipukul. Seorang Ibu Guru membimbing Sunar masuk ke dalam kelas.

Hey kepala anak itu aneh ya? terdengar suara seorang anak di belakang Sunar.

IyaKayak Tempe.

he ehbenerpersis tempe

iya lucu ya.Kepala tempe hihihihih!

Hihihihihhihihhihiihihih

Banyak anak tertawa cekikikan di belakang Sunar.

Sunar kecil sangat sedih. Dia merasa menjadi anak yang dibenci, anak yang menjijikkan. Terbayang wajah tersenyum dan kasih sayang Bapak,Ibu, Kakek,Nenek dan saudara-saudaranya, air matanya mengalir. Sunar tak mampu lagi menahan perasaannya, dia menangis terisak-isak, berlari keluar mencari Ibunya. Ibu Sunar memeluk anaknya, menenangkan, tetapi air matanya juga menetes, yang dia khawatirkan terjadi.

Bersambung..


0 comments:

Post a Comment

Sponsor

Popular Posts

Blog Archive

Powered by Blogger.