Home » » [Parenting] Menerima Sepenuhnya # 2 : Kondisi

[Parenting] Menerima Sepenuhnya # 2 : Kondisi

Setiap orang tua menghendaki  kondisi yang terbaik untuk anaknya. Begitu besar kehendak itu hingga apapun dilakukan orang tua untuk mendapatkannya. Segala macam pengorbananpun dilakukan orang tua, itulah yang dikatakan orang tua. Benarkah semua usaha itu demi kebaikan anak? Benarkah semua itu adalah pengorbanan untuk anak?

Saat anak terlahir, hadir di dunia, adalah babak baru hidup kita. Adalah suatu kepastian bahwa kehadiran anak mengakibatkan perubahan. Minimal adalah bertambahnya tanggungjawab kita. Tanggungjawab yang sangat besar.

Sebagian orang tua merasakan kekhawatiran akan kondisi, merasa bahwa kondisi yang ada tidak baik untuk membesarkan anak, orang tua yang merasa belum menyiapkan materi  ekonomi yang sesuai untuk tumbuh kembang anak. Mereka sangat menyesali kondisi, mengkhawatirkan keadaan. Semakin lama, semakin anak tumbuh, semakin besar kekhawatiran mereka. Begitu besarnya kekhawatiran mereka sehingga sangat membebani dan semakin merasa tidak mampu melakukan perubahan. Di mata mereka pertumbuhan anak sama dengan membesarnya masalah.

Kita temui dalam berita-berita, betapa putus asanya orang tua terhadap kondisi ekonomi sehingga tega menjual anaknya, bahkan ada pula yang tega membunuh anak-anaknya. Kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi menggelapkan mata pikiran mereka.

Sebagian lagi orang tua tidak pernah puas dengan keadaan dan kondisi  yang ada, meskipun secara materi dan ekonomi sudah tercukupi. Mereka selalu khawatir dengan kondisi dan keadaan masa depan. Sehingga timbullah keinginan untuk mengamankan harta sampai tujuh turunan. Proyek penumpukan harta ini menjadi begitu penting, sehingga tanpa mereka sadari justru mengesampingkan kebutuhan anak yang sebenarnya.

Mereka terlalu sibuk  mencari materi untuk menciptakan kondisi ideal, yang mereka pikir sebagai pengamanan masa depan anak, tetapi mereka tidak mengikuti perkembangan anak dan tidak ada saat anak membutuhkan. Orang tua seperti ini mengalami kerancuan antara kebutuhan anak dengan kepentingan diri sendiri. Dan mereka akan terkejut saat mendapati anak mereka bermasalah. Mereka mengingkari karena tidak menyadari bahwa penyebabnya adalah karena mereka tidak memenuhi kebutuhan anak, selain materi.

Laluapa yang harus dilakukan orang tua sehubungan dengan kondisi atau keadaan? Salahkah bila orang tua menghendaki kondisi yang ideal bagi anaknya? Bagaimana bila kondisi  ideal itu tidak pernah tercapai? Seperti apakah kondisi ideal itu?

Tidak ada ukuran baku kondisi dan keadaan ekonomi  yang ideal untuk membesarkan anak. Bahkan mungkin tidak ada kondisi ideal. Setiap orang tua dan anak memiliki kebutuhan yang berbeda. Sekali lagi, yang terbaik yang harus kita lakukan dan pikirkan adalah ikhlas menerima apapun kondisi dan keadaan ekonomi yang ada, apapun itu. Karena dengan ikhlas menerima, kita bisa lebih fokus pada kebutuhan anak. Energi dan pikiran kita benar-benar kita curahkan untuk memenuhi kebutuhan anak. Bukankah kebutuhan anak tidak hanya secara materi atau ekonomi?

Bila tanpa keikhlasan menerima kondisi ekonomi, perjuangan kita melakukan perubahan lebih dilandasi pada ketidakpuasan kita, bukan untuk pemenuhan kebutuhan anak. Alih-alih untuk kebaikan anak, justru kita mengabaikan kebutuhan anak karena keinginan kita sendiri yang tidak pernah terpuaskan. Tanpa keikhlasan menerima kondisi ekonomi, kita lebih mudah cemas berlebihan yang tentu saja sangat merugikan proses pertumbuhan anak.

Dengan ikhlas menerima kondisi ekonomi, kita bisa berpikir lebih jernih, bisa lebih mudah mengenali kebutuhan anak dan merencanakan suatu perubahan. Kita lebih jeli menentukan skala prioritas dan menentukan arah perubahan, yang semuanya untuk kebaikan dan pemenuhan kebutuhan anak.

Dengan ikhlas menerima kondisi ekonomi, kita lebih ringan melangkah pada arah yang jelas, masa depan anak yang bahagia dan membahagiakan.

Thank you for reading article [Parenting] Menerima Sepenuhnya # 2 : Kondisi

0 comments:

Post a Comment

Sponsor

Popular Posts

Blog Archive

Powered by Blogger.