Home » » [Parenting] Menerima Sepenuhnya # 1 : Diri Sendiri

[Parenting] Menerima Sepenuhnya # 1 : Diri Sendiri

gambar dari istana-qalbu.blogspot.com

Saat pertama kali kita mempunyai anak, perasaan kita campur aduk. Dan yang terbesar adalah perasaan bahagia. Betapa tidak, kita mendapatkan sebuah anugerah sekaligus amanah yang sangat besar dari Tuhan Yang Maha Penyayang. Memang ada juga yang hanya sedikit merasa bahagia, bahkan sangat sedikit. Tapi sebagian besar kita merasa seperti mendapatkan sebuah hadiah yang sangat indah. Begitu indahnya, sehingga kita tidak menyadari bahwa ada perasaan lain bersama dengan perasaan bahagia.

Berjalan bersama dengan waktu, anak berkembang semakin besar. Mulailah ada sedikit perasaan lain, mungkin tanya, gemas, cemas, bahkan marah kepada anak. Tambahan-tambahan perasaan yang mulai mengimbangi besarnya perasaan bahagia. Atau mungkin tumbuhnya perasaan yang sudah ada sejak anak terlahir. Apapun perasaan itu, jelas bukan disebabkan oleh anak kita, tapi dari diri kita sendiri. Dan yang harus disadari adalah perasaan itu sangat mempengaruhi perkembangan anak, bahkan merugikan.

Bagaimana perasaan itu bisa ada? Bagaimana perasaan itu bisa semakin membesar? Banyak teori yang bisa menjelaskannya. Namun yang terpenting adalah kita mendapatkan jalan keluar, solusi untuk mengatasinya.

Mungkin setiap kasus memiliki solusi yang berbeda. Tapi langkah awal dalam semua solusi hanya ada satu yaitu IKHLAS, atau MENERIMA sepenuhnya TANPA SYARAT. Menerima apapun yang sudah kita terima dan tidak mungkin kita tolak.

Yang pertama yang harus kita terima adalah diri kita sendiri. Apapun latar belakang kita, pengalaman masa lalu seperti apapun, harus kita terima. Semuanya sudah terjadi pada diri kita, sudah terwujud, tidak ada pilihan lain. Memang kita harus berubah menjadi lebih baik. Namun tanpa adanya penerimaan lebih dahulu, kita tidak akan memiliki gambaran bentuk perubahan seperti apa yang kita inginkan. Bagaimana kita bisa membimbing anak menuju pribadi yang bahagia dan bermanfaat bila kita menolak pribadi kita sendiri? Bukankah anak adalah cerminan orang tua?

Ngapain kita memelihara kenangan yang buruk? Bukankah yang lalu biarlah berlalu?

Benar sekali. Dan membiarkan masa lalu adalah dengan menerimanya. Karena menolaknya atau berusaha keras melupakannya hanya membuat kenangan itu semakin sering datang mengganggu kita. Memang ada beberapa hal yang perlu kita lakukan, tapi sekali lagi kita harus menerimanya dulu untuk memulai berdamai dengan masa lalu. Bukankah berdamai jauh lebih bagus dibanding menolak atau menentangnya?

Saat kita sudah berdamai dengan masa lalu, maka hati damai kitalah yang kita pancarkan kepada anak kita. Anak-anak kita akan menduplikasi kedamaian yang mereka terima dari kita.

Dengan hati yang damai, lebih mudah bagi kita dalam melangkah dan merencanakan masa depan anak kita.

Dengan hati yang damai, jauh lebih mudah bagi kita untuk mempertahankan besarnya kebahagiaan seperti saat-saat memandang anak kita terlahir di dunia. Dan lebih mudah bagi anak kita berbahagia menerima kebahagiaan dari kita.


0 comments:

Post a Comment

Sponsor

Popular Posts

Blog Archive

Powered by Blogger.